Senin, 30 November 2015

Asisten Apoteker

Jadi Asisten apoteker itu ternyata seru juga yaaa. 4 tahun sudah aku menjadi asisten apoteker. Bekerja di sebuah rumah sakit, bertemu dengan orang-orang dari berbagai usia, suku bangsa. Maklum, rumah sakit tempat ku bekerja nasionalis.

Mungkin ada yang ragu untuk menjadi seorang asisten apoteker atau yang saat ini disebut Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Ini pengalaman yang aku dapat selama menjadi Asisten Apoteker disebuah rumah sakit.

1. Sekolah di bidang Farmasi terkenal sulit

Bagi ku segala sesuatu yang belum terbiasa akan terasa sangat sulit. Saat awal masuk sekolah mungkin akan disuguhi berbagai macam hafalan. Pisau kalau sudah sering di asah akan semakin tajam, walau itu pepatah tua tapi maknanya ada dikehidupan nyata. Kalau otak sudah sering diajak hafalan, pasti menghafal pun mudah. Cara yang paling mudah untuk yang punya otak seperti ku yaitu harus dipahami dan dibayangkan sesuai imajinasi. Nikmatilah masa sekolah, jangan menjadi beban dan sering mengeluh, maka ilmu pun masuknya juga mudah.

2. Setelah lulus akan sulit mencari perkerjaan

Rejeki sudah ada yang mengatur, tanamkan terlebih dahulu sebelum mencari pekerjaan. Selama saya menjadi asisten apoteker, banyak rumah sakit, pabrik obat, Pedagang Besar Farmasi (PBF), apotek, klinik kecantikan, dll yang membutuhkan tenaga asisten apoteker. tergantung sekreatif apa sang pelamar pekerjaan. Bagi yang punya cita-cita ingin membuka usaha apotek, jangan kuatir.. asal ada kemauan dan usaha pasti terwujud. Carilah pengalaman  dari tempat kerja terlebih dahulu, kumpulkan referensi untuk langkah awal membuka sebuah apotek sambil kumpulkan pundi-pundi sebagai modal

3. Ilmu Farmasi tidak akan berhenti berkembang

Mungkin saat sekolah masih diajarkan cara-cara klasik untuk membuat obat. Tapi setelah terjun ke dunia luar, ilmu itu akan terus berkembang karena penyakit dan jaman yang semakin berkembang pula. Teruslah pelajari apa yang ada saat-saat bekerja, jangan abaikan brosur obat, bacalah dan pahamilah. Keterangan lebih lanjut bisa buka buku lagi, browsing baca penelitian orang atau ke perpustkaan daerah.

4. Ilmu Farmasi tidak hanya untuk tempat kerja

Punya modal ilmu farmasi akan bisa menjadi dokter sendiri didalam rumah (untuk pertolongan pertamanya.. selamjutnya serahkan pada dokter yang asli). Dan akan berguna juga untuk teman-teman yang ingin tahu obat untuk gejala yang dialaminya.

5. Menjadi asisten apoteker bagaikan menjadi psikolog

Saat menjelaskan obat kepada pasien, disini ilmu membaca ekspresi orang diterapkan. Karena pemahaman orang yang beragam, informasi yang disampaikan pun harus disesuaikan dengan pemahamannya pula. Belajarlah membaca ekspresi seseorang saat menjelaskan atau memberikan penjelasan tentang obat, akan bisa diterapkan juga pada anak-anak kita saat belajar bersama (belajar jadi guru yang baik).

6. Menjadi asisten apoteker meningkatkan kecerdasan, ketepatan, ketelitian, dan analisa yang tepat

Melayani resep dimana pun akan dituntut cekatan, cepat, tetapi tidak asal. Dengan berjalannya waktu otak akan terbiasa untuk berfikir cepat, lebih teliti sehingga akan menjadi kebiasaan yang tidak mungkin hilang. Analisa yang tepat akan mulai terbiasa saat kita menghadapi resep, merasionalkan dengan nama obat dan aturan minum dan yang paling utama menganalisa apakah resep itu palsu atau asli.

Lukisan Tari Bali

Legong Dance Painting



Saat kegiatan menari ku sudah berhenti, aku tetap merindukan hobi ku itu. Saat tak ada lagi kesibukan kuliah, waktu luang ku terasa kosong, dan akhirnya berbagai ide pun bermunculan. 

Ku buat sebuah lukisan yang bagi ku cukup untuk melampiaskan kerinduan ku. lukisan hitam putih yang berjudul "The Soul of Bali" diatas kanvas ukuran 60 x 80 cm dengan cat minyak.


 

Ku sebut dengan judul "The Soul of Bali" karena saat aku membuatnya, hati dan pikiran ku sangat merindukan Bali dan tanpa penghayatan dan cintanya terhadap tarian itu, tak mungkin sang penari dapat menarikan dengan pose yang begitu menjiwai,

Walau akhirnya lukisan yang ku buat sedikit menyeramkan hingga membuat semua teman ku takut, tapi aku senang memandanginya. Dan diam-diam ku letakkan di tembok ruang tamu ku yang sebelumnya terlihat kosong. Maaf ya teman-teman ^_^

Sempat ku tawarkan pada media sosial dan toko online tapi tak berhasil terjual. Dan akhirnya lukisan itu menjadi penghias ruang tamu ku.